Angka Kelahiran di Kabupaten Blitar Terus Menurun, Bonus Demografi Terancam
Angka kelahiran di Kabupaten Blitar terus mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tren tersebut terlihat jelas hingga Agustus 2025, di mana hanya tercatat sedikit lebih dari 5 ribu bayi lahir.
Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, pada 2010 jumlah kelahiran masih mencapai 17.562 jiwa. Namun, 14 tahun kemudian, tepatnya pada 2024, jumlah itu merosot menjadi 10.761 jiwa. Hingga pertengahan 2025, angka kelahiran baru tercatat 5.337 jiwa.
Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kabupaten Blitar, Etti Suryani, menyebut tren ini diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun. Jumlah kelahiran diprediksi tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Fenomena ini menandai adanya perubahan besar dalam struktur demografi masyarakat Blitar. “Turunnya angka kelahiran ini punya dua sisi. Di satu sisi, hal ini membantu pemerintah meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak. Dengan jumlah kelahiran yang menurun, distribusi layanan bisa lebih merata, baik dari tenaga medis maupun fasilitas kesehatan,” jelasnya.
Namun, Etti mengingatkan bahwa penurunan tersebut tidak boleh dianggap sepele. Dalam jangka panjang, berkurangnya angka kelahiran dapat memengaruhi jumlah penduduk usia produktif.
Meski penurunan kelahiran mencerminkan keberhasilan program pengendalian kelahiran, hal ini tetap perlu dikawal.
Menurutnya, program keluarga berencana (KB) dan edukasi kesehatan reproduksi terbukti efektif menekan angka kelahiran. Tetapi, jika tren ini dibiarkan tanpa kontrol, justru bisa menimbulkan masalah baru.
“Penurunan ini memang menunjukkan keberhasilan program, tapi harus tetap dipantau agar tidak berdampak negatif di masa depan,” tambahnya.
Kondisi ini juga menjadi catatan penting dalam kerangka bonus demografi. Dengan angka kelahiran terus menurun, dikhawatirkan jumlah penduduk usia produktif di Blitar akan berkurang dalam beberapa tahun mendatang.
Jika tidak dikelola dengan baik, hal itu bisa memengaruhi ketersediaan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, hingga beban ketenagakerjaan di sektor vital.
“Yang perlu dijaga adalah keseimbangan, antara pengendalian angka kelahiran dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Itu kunci agar pembangunan tetap berjalan berkelanjutan,” tegas Etti.
Sebagai upaya menjaga keseimbangan tersebut, Dinkes Kabupaten Blitar berkomitmen memperkuat program kesehatan ibu dan anak, meningkatkan layanan gizi masyarakat, serta mengoptimalkan peran tenaga kesehatan di desa-desa.
“Harapannya, meski kelahiran menurun, kualitas generasi yang lahir akan semakin baik. Dengan begitu, masyarakat Blitar tetap memiliki daya saing menghadapi dinamika perubahan demografi,” pungkasnya. (HEV/YUN)



