Kasus dugaan korupsi yang melibatkan sejumlah petinggi PT Pertamina memberikan dampak terhadap penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh Pertamina sendiri, tetapi juga oleh perusahaan penyedia BBM lainnya seperti Shell.
Di Kota Blitar, terdapat satu-satunya stasiun pengisian BBM milik Shell yang berlokasi di timur area parkir Pusat Informasi Perdagangan dan Pariwisata (PIPP). Stasiun ini turut merasakan pengaruh dari pemberitaan mengenai dugaan korupsi di Pertamina yang diduga melakukan pengoplosan BBM jenis Pertalite menjadi Pertamax.
Berdasarkan pantauan di lapangan, suasana di stasiun pengisian BBM Shell terlihat tidak jauh berbeda dengan SPBU Pertamina. Meskipun jumlah pengunjung cenderung lebih sedikit, tetapi kendaraan terus berdatangan untuk mengisi bahan bakar, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.
Yohana Stofia selaku Site Manager Shell Blitar mengungkapkan bahwa sejak mencuatnya kasus dugaan korupsi di Pertamina, terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah pembelian BBM Shell, yaitu sekitar 50 persen. Peningkatan ini mulai terasa dalam dua hari terakhir sejak kasus tersebut menjadi viral di masyarakat.
Menurutnya, lonjakan permintaan BBM Shell kemungkinan besar dipengaruhi oleh kekhawatiran masyarakat terhadap dugaan oplosan BBM Pertalite menjadi Pertamax di SPBU Pertamina.
Oleh karena itu, banyak pengguna kendaraan yang memutuskan beralih ke produk Shell. Selain itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap peningkatan ini adalah kepercayaan masyarakat terhadap kualitas BBM Shell yang dianggap lebih unggul.
Namun, Yohana juga menegaskan bahwa jauh sebelum kasus ini muncul, penggunaan BBM Shell sudah mengalami peningkatan secara bertahap. Konsumennya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari orang dewasa hingga pelajar.
Saat ini, Shell menawarkan dua jenis BBM, yaitu Super dengan RON 92 yang dibanderol Rp 13.350 per liter dan V-Power dengan RON 95 yang dijual seharga Rp 13.940 per liter.
Kenaikan jumlah pelanggan di SPBU Shell menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mulai mencari alternatif bahan bakar yang mereka anggap lebih berkualitas dan dapat dipercaya. (IND/SAN)