Ramai 17+8 Poin Tuntutan Rakyat, Desak Pemerintah dan DPR Bertindak Cepat
Gelombang protes yang berlangsung sejak akhir Agustus tidak hanya menyoroti isu tunjangan DPR, tetapi juga melahirkan daftar panjang tuntutan dari masyarakat sipil dan mahasiswa. Dalam aksi tersebut, mereka menyampaikan 17 poin utama ditambah 8 poin tambahan yang dinilai mendesak untuk segera direalisasikan oleh Pemerintah dan DPR.
Salah satu tuntutan paling menonjol adalah percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset. Regulasi ini dianggap krusial untuk mencegah praktik korupsi sekaligus mengembalikan aset negara yang digelapkan oleh pejabat maupun pengusaha nakal.
Melalui pengesahan RUU tersebut, diharapkan hasil korupsi dapat sepenuhnya kembali ke kas negara dan dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat.
Selain itu, sejumlah tuntutan lain menyoroti reformasi kebijakan yang lebih berpihak kepada masyarakat kecil, penghentian praktik oligarki dalam penyusunan undang-undang, transparansi anggaran DPR, hingga penguatan lembaga penegak hukum agar lebih independen.
Tambahan delapan poin juga menekankan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja DPR, penghapusan fasilitas mewah bagi pejabat, serta perbaikan tata kelola sumber daya alam agar tidak hanya menguntungkan segelintir elit.
Koalisi mahasiswa menegaskan bahwa daftar tuntutan tersebut bukan sekadar aspirasi, melainkan wujud kemarahan rakyat atas ketidakpekaan elit politik terhadap kondisi bangsa. Oleh karena itu, aksi massa dipandang sebagai desakan nyata agar pemerintah dan DPR segera mengambil langkah konkret.
Harapannya, aspirasi ini dijadikan bahan evaluasi bersama sehingga kebijakan ke depan lebih berpihak pada rakyat dan mampu meredakan ketegangan yang ada.
Dukungan juga datang dari kalangan akademisi yang menilai 17 + 8 poin tuntutan tersebut merupakan refleksi kebutuhan mendesak bangsa untuk memperkuat demokrasi sekaligus mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara.
Selain itu, ramai pula simbol perlawanan turut mewarnai aksi, yakni warna pink brave dan hero green. Kedua warna ini viral digunakan menjadi foto profil para pengguna media sosial sebagai wujud solidaritas bersama.
Warna merah muda merepresentasikan sosok ibu berjilbab yang berani melawan aparat seorang diri, sementara hijau menjadi pengingat atas pengemudi ojek online yang gugur dalam aksi.
Kini, publik menunggu bukti nyata dari pemerintah dan DPR—bukan sekadar janji manis atau retorika politik. (HEV/YUN)



