Kasus Leptospirosis Ditemukan di Kesamben, Dinkes Kabupaten Blitar Imbau Warga Waspada
Warga Kabupaten Blitar diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit menular leptospirosis. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar mengonfirmasi satu kasus penyakit yang dikenal sebagai “kencing tikus” telah terdeteksi di wilayah Kecamatan Kesamben. Pasien saat ini sudah mendapat penanganan intensif di rumah sakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Blitar, Anggit Ditya Putranto, menjelaskan kasus tersebut menimpa seorang pria berusia 64 tahun asal Kecamatan Kesamben. Pasien sempat menjalani perawatan intensif, bahkan harus menjalani cuci darah akibat terinfeksi bakteri Leptospira yang ditularkan oleh tikus.
“Pasien sudah dinyatakan sembuh setelah mendapat perawatan medis. Namun temuan ini menjadi catatan penting bagi kami sekaligus peringatan bagi masyarakat agar tidak menyepelekan leptospirosis,” ungkap Anggit, Kamis (2/10/2025).
Lebih lanjut, Anggit menjelaskan bahwa leptospirosis adalah penyakit menular yang bisa menyerang manusia maupun hewan. Penularannya terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang telah tercemar urine tikus.
Bakteri masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka di kulit, maupun lewat selaput lendir di mata dan mulut.
Gejalanya beragam, mulai dari demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, hingga gangguan organ dalam yang lebih berat.
Pada kasus tertentu, leptospirosis dapat menimbulkan gagal ginjal, kerusakan hati, bahkan berujung kematian bila tidak segera ditangani.
Kasus di Kecamatan Kesamben, menurut Anggit, menjadi pengingat bahwa risiko penularan masih ada, terutama di lingkungan lembap dan kurang terjaga kebersihannya. Karena itu, pihaknya memperkuat langkah pencegahan dengan meningkatkan surveilans deteksi dini serta respons cepat.
“Kami juga memperkuat jejaring fasilitas kesehatan. Mulai dari puskesmas hingga rumah sakit supaya pelaporan, investigasi, hingga tata laksana pasien leptospirosis bisa dilakukan lebih cepat dan tepat,” tambahnya.
Selain upaya medis, dinkes menekankan pentingnya peran aktif masyarakat. Warga diminta lebih disiplin menjalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Beberapa langkah sederhana yang dianjurkan antara lain menjaga kebersihan saluran air, menutup makanan dengan baik, dan menyingkirkan tempat yang berpotensi menjadi sarang tikus.
“Menjaga kebersihan lingkungan adalah kunci utama. Bila lingkungan terjaga, otomatis populasi tikus sebagai vektor leptospirosis bisa ditekan. Jadi ini bukan hanya soal kesehatan individu, tetapi juga kepedulian bersama,” pungkasnya. (HEV/YUN)



