Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar melaporkan sebanyak 512 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi hingga September 2025. Berdasarkan data terbaru, wilayah tengah Kabupaten Blitar menjadi daerah dengan penyebaran tertinggi, terutama di Kecamatan Kanigoro, Garum, Kademangan, Binangun, dan Wlingi.

Dari total kasus tersebut, lima orang dilaporkan meninggal dunia akibat DBD. Kecamatan Kanigoro menempati posisi tertinggi dengan 83 kasus, disusul Garum sebanyak 63 kasus dengan satu korban meninggal dunia. Kademangan dan Binangun masing-masing mencatat 60 kasus, sementara Wlingi mencatat 53 kasus dengan satu pasien meninggal dunia.

Baca juga:  Rekrut 2.115 PPPK Tahun Ini, Pemkab Blitar Sebut Kuota Guru Terbanyak

Wilayah lain yang juga menunjukkan angka cukup tinggi adalah Sutojayan (26 kasus), Kesamben (27 kasus), dan Panggungrejo (21 kasus), di mana satu pasien meninggal dunia. Sementara Talun mencatat 15 kasus dengan dua korban meninggal, menjadikannya kecamatan dengan angka kematian tertinggi akibat DBD tahun ini.

Beberapa kecamatan seperti Ponggok (Puskesmas Bacem), Doko, dan Wonodadi hanya melaporkan tiga kasus. Menariknya, Kecamatan Gandusari melalui wilayah kerja Puskesmas Slumbung menjadi satu-satunya daerah yang bebas dari kasus DBD hingga September 2025.

Kepala Dinkes Kabupaten Blitar, dr. Christine Indrawati, menjelaskan bahwa kelompok usia 15–45 tahun menjadi yang paling terdampak dengan persentase 43 persen, disusul kelompok anak usia 5–14 tahun (37 persen). Sementara itu, usia 1–4 tahun dan lebih dari 44 tahun masing-masing menyumbang 9 persen, dan bayi di bawah 1 tahun tercatat 2 persen dari total kasus.

Dari sisi waktu, lonjakan kasus tertinggi tercatat pada Januari dengan 215 kasus, kemudian menurun drastis menjadi 20 kasus pada Juni dan Juli, dan kembali meningkat menjadi 26 kasus di September.

Baca juga:  Puluhan Murid TK Menyerbu Polres Blitar, Wujud Program Polisi Sahabat Anak

Christine menuturkan, wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan curah hujan besar cenderung menjadi lokasi dengan angka kasus lebih banyak. Karena itu, masyarakat diminta untuk rutin melakukan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air  sebagai langkah pencegahan dini agar kasus DBD tidak melonjak menjelang akhir tahun.

“Kami terus melakukan pengendalian vektor melalui program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, penyelidikan epidemiologi di setiap kasus, serta edukasi masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi penyebaran DBD,” ujar Christine. (HEV/YUN)

Iklan