Setiap 1 Juni, Kota Blitar memperingati Hari Lahir Pancasila dengan menggelar tradisi budaya Grebeg Pancasila. Kegiatan ini telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Blitar dan selalu mendapat sambutan hangat. Tradisi tersebut tidak hanya menjadi refleksi nilai-nilai Pancasila, tetapi juga menjadi daya tarik budaya dan pariwisata yang istimewa.
Sejak pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, kawasan Alun-Alun Kota Blitar telah dipenuhi oleh warga yang mengenakan busana adat Jawa. Mereka berkumpul untuk mengikuti upacara budaya dalam rangka Hari Lahir Pancasila.
Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan kirab Gunungan Lima, yaitu arak-arakan tumpukan hasil bumi dari Alun-Alun menuju Makam Bung Karno (MBK). Tradisi tersebut kemudian diteruskan dengan Kenduri Pancasila sebagai bentuk syukur dan doa bersama, menandai awal peringatan Bulan Bung Karno.
Puncak acara pada Minggu (1/6/2025) menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Ratusan warga, bahkan ribuan, memadati jalur kirab untuk menyaksikan langsung peristiwa budaya tersebut.
Paling dinanti adalah momen berebut hasil bumi dari gunungan. Biasanya, hasil bumi dibagikan setelah upacara doa pelepasan oleh wali kota, namun kali ini masyarakat langsung menyerbu meski belum dilepas resmi.
Petugas yang berjaga pun kesulitan mengendalikan antusiasme warga. Dalam hitungan menit, sayuran, buah-buahan, hingga padi habis diambil warga.Tradisi ini dipercaya membawa keberkahan.
Salah satu pengunjung, Sutiyem, yang datang dari Kudus, Jawa Tengah mengungkapkan bahwa ia datang bersama rombongan untuk mengikuti perayaan dan berziarah ke MBK. “Saya datang karena ingin menyaksikan langsung perayaan Grebeg Pancasila yang selama ini hanya saya dengar. Alhamdulillah, saya bisa ikut mengambil hasil bumi dari gunungan,” ujarnya.
Ia menyebutkan beberapa hasil bumi yang didapatkan seperti cabai, kacang panjang, sawi putih, dan padi.
Tak hanya pengunjung luar kota, warga lokal pun merasa bahwa tradisi ini perlu terus dijaga. Kustiningsih, seorang pedagang bunga di sekitar makam Bung Karno. Dia menyampaikan bahwa sebagai masyarakat Blitar, dia merasa bangga dengan tradisi ini karena Grebeg Pancasila adalah wujud penghormatan kepada Bung Karno dan nilai-nilai luhur Pancasila.
Ia juga menambahkan bahwa perayaan tersebut membawa dampak positif bagi ekonomi lokal. “Setiap tahun, terutama saat Bulan Bung Karno, pengunjung meningkat. Itu tentu berkah bagi kami para pedagang,” jelasnya.
Grebeg Pancasila kini tak sekadar peringatan formal, melainkan sudah menjadi simbol identitas kultural Blitar. Dengan berbagai rangkaian acaranya, tradisi ini diharapkan bisa terus dilestarikan dan menjadi sarana promosi pariwisata, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
Pemerintah daerah pun berupaya agar kegiatan ini mampu menarik lebih banyak wisatawan dan menumbuhkan kecintaan terhadap nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat. (IND/SAN)




