Menjaga kesehatan hingga usia hampir satu abad bukanlah perkara mudah. Namun semangat dan tekad kuat untuk menjalankan Rukun Islam kelima menjadi pendorong utama bagi Dasiyem Kamari, calon jemaah haji (CJH) tertua dari Kabupaten Blitar yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Ia menunjukkan bahwa gaya hidup aktif bisa menjadi kunci untuk tetap sehat di usia senja.
Dasiyem tinggal di Dusun Sawahan, Desa Pojok, Kecamatan Garum. Lokasinya berada dekat dengan wilayah Kota Blitar, namun harus melewati gang kecil selebar 1,5 meter yang hanya bisa dilewati satu sepeda motor.
Dasiyem Kamari, kini berusia 95 tahun. Ia tercatat sebagai CJH tertua asal Kabupaten Blitar pada musim haji kali ini. Kesehatan dan semangat hidupnya seolah mengalahkan usia biologis. Warga sekitar bahkan tak menyangka bahwa perempuan yang kesehariannya merawat ayam dan mencabuti rumput di halaman rumah ini akan berangkat ke Tanah Suci.
Dipanggil akrab dengan sebutan Mbah Dasiyem, ia telah menyiapkan koper hajinya sejak Selasa (29/4). Ia akan melaksanakan ibadah haji bersama anak keduanya bernama Fathoni yang juga berperan sebagai pendamping ibadahnya selama di Tanah Suci. Rencananya, mereka akan berangkat pada 3 Mei 2025 mendatang.
“Saya daftar haji sejak 2018. Tidak pernah mimpi bisa ke Makkah. Wong saya cuma buruh tandur sawah. Ya kehendak Allah dan bantuan anak, tahun ini bisa berangkat ke haji,” tutur Dasiyem dengan suara pelan dan penuh rasa syukur.
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan. Rutinitasnya yang sederhana seperti memberi makan ayam setiap pagi dan sore, membersihkan halaman dari rumput liar, serta menjaga cucu sesekali, sudah cukup menjadi bekal kebugaran tubuhnya.
Di masa mudanya, Dasiyem dikenal sebagai sosok pekerja keras. Ia bahkan sering berjalan kaki dari Garum ke Gandusari hanya untuk mengunjungi orang tuanya karena tidak punya biaya untuk naik kendaraan. Pengalaman hidup ini ia yakini sebagai salah satu alasan ia bisa hidup sehat hingga sekarang.
“Orang-orang banyak tanya rahasia saya bisa sehat. Saya jawab ya kerja seperti biasa, bersih-bersih rumah, ke sawah, dan jalan kaki ke masjid,” katanya sambil tersenyum kecil.
Soal makanan, Dasiyem tidak memiliki pantangan khusus. Menu favoritnya pun tergolong sederhana. Ia sangat menyukai sayur bening dan sate kambing. “Kalau makan ya makan, nggak pilih-pilih. Sate kambing juga saya doyan,” ungkapnya.
Fathoni mengisahkan bahwa ibunya sebenarnya sudah dua kali gagal berangkat haji, yakni pada tahun 2023 dan 2024. Saat itu, Kemenag sebenarnya sudah memberikan izin, namun karena belum tersedia pendamping lansia yang memadai, keberangkatan harus ditunda. Baru tahun ini semuanya siap. Bahkan, Dasiyem mampu melewati serangkaian tes kebugaran dan kesehatan yang ketat dari pihak terkait.
“Meski lansia, ibu ikut semua manasik dari tingkat kecamatan sampai kabupaten. Tidak ada olahraga khusus, tapi setiap hari aktivitasnya banyak,” ujar Fathoni.
Rumah yang dihuni Dasiyem selama puluhan tahun kini menjadi saksi perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan. “Alhamdulillah, saya bersyukur bisa sehat, bisa ke Makkah. Dulu saya tidak berani mimpi, tapi anak saya yang membiayai. Teman-teman haji banyak yang bilang saya awet muda. Saya hanya bisa menyukurinya,” ucap Dasiyem menutup kisahnya dengan penuh rasa haru dan syukur. (IND/SAN)