Pemkot Blitar Salurkan 613 Ton Jagung Lewat Program SPHP, Ringankan Beban Peternak Ayam Petelur

Pemkot Blitar Salurkan 613 Ton Jagung Lewat Program SPHP (Sumber gambar: beritajatim.com)

Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar bergerak cepat untuk mengatasi dampak lonjakan harga jagung yang memberatkan para peternak ayam petelur.

Melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Pemkot mengajukan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung sebanyak 613 ton yang akan disalurkan kepada sepuluh peternak skala UMKM di wilayah Kota Blitar.

Langkah ini merupakan respons terhadap naiknya harga jagung di pasaran yang kini mencapai Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kilogram. Kenaikan tersebut dinilai sangat memberatkan peternak karena jagung menjadi bahan utama dalam pakan ternak.

Baca juga:  Rekap PDPB Terbaru Tunjukkan Kenaikan Jumlah Pemilih di Kota Blitar

Kepala DKPP Kota Blitar, Dewi Masitoh, menjelaskan bahwa program SPHP bertujuan memberikan kepastian pasokan sekaligus menstabilkan harga pakan di tingkat peternak.

“Di tengah gejolak harga jagung di toko pakan yang cukup tinggi, program SPHP hadir untuk menstabilkan pasokan. Peternak bisa memperoleh jagung dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 5.500 per kilogram,” ujar Dewi, Sabtu (11/10/2025).

Bantuan sebanyak 613 ton jagung itu akan diberikan kepada sepuluh peternak terpilih yang tergabung dalam asosiasi, koperasi, atau kelompok peternak berbadan hukum. Program ini akan mendukung populasi sekitar 463.000 ekor ayam petelur di Kota Blitar.

Baca juga:  Leptospirosis yang Disebabkan Kencing Tikus 'Hantui' Masyarakat Tulungagung

“Sasaran kami adalah peternak layer skala mikro, kecil, dan menengah yang memiliki legalitas usaha. Bantuan ini diharapkan menjaga keberlangsungan usaha mereka di tengah tantangan tingginya harga pakan,” tambahnya.

Melalui program SPHP dari pemerintah pusat, sektor peternakan ayam petelur di Kota Blitar diharapkan mendapat angin segar untuk tetap produktif. Pasalnya, Kota Blitar dikenal sebagai salah satu sentra produksi telur nasional yang berperan penting dalam pasokan pangan.

Dewi berharap bantuan tersebut dapat terserap secara optimal oleh peternak selama periode program, yakni 1 hingga 31 Oktober 2025. Dengan begitu, diharapkan produksi telur tetap stabil serta harga di tingkat konsumen dapat terjaga. (HEV/YUN)

Iklan