Istilah terkait kesehatan mental seperti kecemasan (anxiety), depresi, hingga narcissistic personality disorder (NPD) kini semakin sering didengar di kalangan Generasi Z. Sayangnya, sebagian besar orang tua dan generasi sebelumnya masih merasa asing dengan makna serta dampaknya. Padahal, kesehatan mental telah menjadi isu global yang berpengaruh luas, mulai dari kehidupan keluarga, dunia pendidikan, hingga produktivitas kerja.

Anxiety

Kecemasan atau anxiety biasanya ditandai dengan rasa gelisah berlebihan, jantung berdebar, keringat dingin, kesulitan tidur, hingga kebiasaan overthinking. Faktor pemicunya beragam, mulai dari tekanan media sosial, tuntutan pekerjaan, hubungan keluarga, sampai masalah keuangan.

Baca juga:  Viral Pembekuan ASI Menjadi Bubuk, IDAI Buka Suara

Depresi

Depresi memiliki dampak yang lebih serius, ditandai dengan perasaan murung berkepanjangan, hilangnya motivasi, serta gangguan aktivitas sehari-hari seperti enggan makan atau berinteraksi. Menurut WHO, depresi merupakan gangguan serius yang dapat menghambat kehidupan personal maupun sosial.

Narcissistic Personality Disorder atau NPD

Sementara itu, NPD atau gangguan kepribadian narsistik ditandai dengan rasa kebesaran diri berlebihan, kebutuhan konstan akan pujian, kurang empati, dan perilaku manipulatif. Istilah gaslighting kerap dikaitkan dengan pola ini, di mana seseorang memutarbalikkan fakta untuk menyalahkan orang lain. Fenomena tersebut sering kali berkaitan dengan pola asuh, trauma yang diwariskan lintas generasi, serta gaya hidup serba instan.

Banyak orang tua masih merespons keluhan anak dengan ungkapan “kurang ibadah” atau “kurang bersyukur”. Cara ini justru menambah jarak emosional antara anak dan orang tua. Di sisi lain, pemerintah mulai memberi perhatian lebih terhadap isu kesehatan mental, seiring dengan meningkatnya permintaan layanan konseling, psikologi, maupun psikiatri. Meski stigma masih ada, semakin banyak anak muda terbuka membicarakan terapi dan konseling.

Kesadaran mental health juga membawa dampak sosial, ekonomi, hingga politik. Muncul layanan konseling daring, serta kebijakan perusahaan yang menekankan keseimbangan hidup dan pekerjaan. Namun, tantangan baru ikut muncul, misalnya romantisasi masalah mental, ketika istilah “healing” atau “burnout” digunakan secara berlebihan.

Baca juga:  Mengenal Berbagai Jenis Obat untuk Penyakit Kardiovaskular

Dengan demikian, kesehatan mental bukan lagi sekadar persoalan individu, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif lintas generasi. Pemahaman yang baik mengenai anxiety, depresi, dan NPD akan membantu orang tua, pendidik, serta pemimpin perusahaan dalam menjalin komunikasi yang lebih efektif dengan gen z.

Melalui edukasi, dukungan sosial, serta kebijakan yang berpihak, kesehatan mental dapat menjadi fondasi utama dalam mencetak generasi yang produktif sekaligus tangguh di masa depan.

Iklan